Eksprimen Geometri dalam Facade Masjid Ridwan Kamil

Oleh: Kecubung Pangasih*

1

Penonjolan pola geometri telah berkembang berabad-abad dalam masjid-masjid. Estetika Islam kuat dalam geometri karena cenderung menghindari gambar-gambar figuratif. Dinding-dinding masjid, langit-langit, pintu, ubin atau lantai sampai mihrab masjid-masjid kuno di Iran, Turki sampai kawasan negara-negara Asia Tengah yang telah berumur ratusan tahun memiliki pola-pola geometri yang rumit dan indah memberikan rasa grandeur dengan corak yang berbeda-beda.

Pola geometri atau arabesk yang rumit ini tidak terlalu dieksplorasi oleh masjid-masjid kuno Indonesia. Bila ada desain kaligrafi atau ornamen geometrik, hal itu tidak secara massif ditonjolkan dalam masjid-masjid kuno Indonesia. Seringkali hanya di seputar mihrab ditampilkan ornamen-ornamen kaligrafi yang cantik di dinding. Masjid-masjid kuno di nusantara memiliki corak yang lain. Meski lebih sederhana namun sangat menonjolkan rasa keanggunan, rasa lapang. Sering masjid-masjid kuno nusantara dibangun dengan soko-soko guru kayu dan langit-langit yang konstruksi kayunya diekspose.  Banyak masjid dihiasi dengan ukiran-ukiran kayu yang indah

Menurut Asti Kleinsteuber dan Syafri Maharadjo yang telah berkeliling hampir 70 masjid kuno seluruh nusantara dari Batusangkar, Solok, Padang Panjang di Padang, Pulau Penyengat di Riau, Olak Kemang Sungai Batanghari di Jambi sampai Palopo, Gowa di Sulawesi dan Kotawaringi Lama, Amuntai di Kalimantan denah ruang sembahyang rata-rata masjid kuno Indonesia adalah bujur sangkar yang besar dan terbuka. Model bujur sangkar ini menurut mereka secara arketipe mirip dengan konsep pendapa dalam arsitektur Jawa.

Di Jawa, ciri khas masjid- kuno sering dikelilingi oleh  tembok. Pada masjid kuno Jawa juga sering terdapat makam-makam yang disakralkan atau dimitoskan yang sering diletakkan dalam satu halaman bertembok. Konsep disatukannya makam dengan tempat ibadah ini tentu memiliki konsekuensi terhadap suasana yang ingin diciptakan di masjid. Bahwa masjid sebetulnya adalah tempat manusia untuk merefleksikan sangkan paraning dumadi – asal usul tujuan hidup. Di Jakarta masjid-masjid kuno yang dibangun abad 18 beberapa memiliki kompleks makam, misalnya Masjid Luar Batang yang di sana terdapat makam keramat Sayid Husein bin Abubakar in Abdillah Alaydrus. Lalu di belakang dan di depan Masjid Angke banyak nisan-nisan tua, termasuk nisan seorang perempuan Tionghoa muslim abad 18 Chen men Wang shi zhi mu. Juga di kompleks Masjid as-Shalafiah Jatinegara terdapat kuburan-kuburan para bangsawan dan paneran Banten yang ikut memerangi belanda bersama Sultan Ageng Tirtayasa dan  dahulu menguasai Jayakarta sebelum direbut Belanda.

Menurut Asti Kleinsteuber dan Syafri selain konsep tata ruang lokal secara arketipe menjadi dasar pembangunan masjid-masjid kuno nusantara, mereka juga melihat unsur pertukangan Cina memiliki kontribusi yang cukup kuat. Bedug misalnya. Menurut mereka asal-usul bedug dari Cina. Bedug yang di masjid-masjid kita biasanya diletakkan di serambi lebar depan ruang shalat sebenarnya terpengaruh oleh arsitektur Cina dimana bedug sering diletakkan tergantung di serambi kelenteng.

Kekhasan eksplorasi geometri dalam desain yang rumit singkatnya bukan menjadi ciri khas yang menyolok di masjid-masjid kuno nusantara beserta kompleksnya termasuk makam-makamnya. Inti dari estetika geometri sendiri adalah perulangan. Desain-desain geometri menampilkan berbagai bentuk perulangan aneka motif mulai persegi, lingkaran sampai bintang segi delapan. Motif poligon, oktagon, pentagon itu secara khas diulang-ulang, terjalin dan saling meliputi satu sama lain menjadi bentuk yang rumit dan kompleks.

Pada titik ini saya melihat Masjid 99 kubah karya Ridwan Kamil sesungguhnya merupakan sebuah masjid yang melakukan  eksprimen geometris. Ridwan Kamil menampilkan perulangan di fasad atau sisi muka yang menimbulkan kesan kemegahan unik pada masjid. Menurut saya belum pernah ada fasad-fasad masjid di Indonesia modern yang bereksprimen dengan konsep perulangan geometris secara mengejutkan, radikal dan baru. Masjid-masjid kuno Indonesia memang memiliki perulangan dalam fasad. Misalnya atap yang memiliki susunan tumpang. Namun umunya susunan atap tumpang itu juga perulangannya tidak banyak ,tidak lebih dari satu atap. Dan secara desain atap itu juga hanya satu yang menjadi poros vertikal atau axis masjid.

Mesjid 99 Kubah

Mesjid 99 Kubah karya Ridwan Kamil. (Sumber Foto: www.merdeka.com)

Artikel ini secara khusus ingin membicarakan perulangan dalam fasad Masjid 99 Asmaul Husna di Makassar yang desainnya dibuat ridwan Kamil dan diagendakan tahap pengerjaannya akan rampung di tahun 2022 ini. Menurut saya Ridwan kamil bisa menampilkan sebuah desain perulangan berwujud kontemporer namun tetap berlandaskan konsep-konsep prinsipil dalam teologi Islam.Dalam membangun mesjid ini, Ridwan Kamil bukan berangkat dari konsep di ruang vakum yang mengada-ada. Selama ini desain-desain masjid Ridwan Kamil kerap disalah pahami dan dituduh bukan-bukan. Desain Al Safar Mesjid  yang dibuatnya di reat area tol Cipularang KM 88 sejak 2010 misalnya dituduh kelompok Islam dan ustad-ustad tertentu sebagai desain iluminati (kelompok Freemansory) karena menonjolkan unsur segi tiga. Jelas tuduhan ini  sangat serampangan. Karena konsep ornamen segitiga sendiri banyak dikenal di masjid-masjid  tradisional kita termasuk atap tumpang di atas.

2

Sebelum membahas pada desain masjid-masjid Ridwan Kamil, saya ingin membahas terlebih dulu mengenai konsep perulangan dalam geometri Islam. Konsep ini sesungguhnya mengandaikan prinsip-prinsip  matematika. Perulangan ini memanfaatkan  aksioma-aksioma geometri Euklidian. Dalam geometri Euklidian ada aksioma yang menyebutkan setiap garis lurus dapat diperpanjang sampai pada titik tak terhingga. Meskipun bidang-bidang dinding atau atap-atap langit masji jelas terhingga namun pola perulangan geometri ornament-ormamen arabesk bisa membuat  siapa saja yang melihat sebuah efek psikologis  rangkaian yang mengalir tak terhingga. Singkatnya menimbulkan kesan Ad Infinitum yang tak terbatas. Sehingga tak mengherankan bila ada yang menyatakan seni  geometri Islam sesungguhnya merupakan  pelopor seni algoritmik modern.

Ridwan Kamil

Ridwan Kamil. (Sumber Foto: modusaceh.com)

Pola-pola perulangan geometri dalam arabeks senantiasa simetris. Pola perulangan juga bisa meliputi  rotasi. Sebuah perputaran atau rotasi geometri bisa sampai 45 derajat tergantung perhitungan terhadap bentuk dinding atau pilar yang dihiasi bentuk geometris itu Ada juga pola berupa garis-garis yang menekuk pada sudut tertentu. Garis-garis itu kemudian saling berinteraksi membentuk pola simetris yang dibuat berulang. Biarpun polanya rumit namun selalu rangkaian pola-pola geometris arabesk bisa dicari prinsip  sederhananya.

Ornamen-ornamen geometris dapat dimunculkan dalam skala besar maupun kecil. Ornamen geometris di langit-langit masjid misalnya – karena letaknya tinggi dan posisi melihatnya kita dengan mendongak – maka ornament tersebut selalu mendapatn pembesaran. Menarik untuk dicatat bahwa tidak ada aturan baku membuat pembesaran atau pengecilan sebuah ornament. Pembesaran dan pengecilan sebuah ornament bisa dibuat dan dihiasi dengan tambahan ornament-ornamen lain. Sebuah orname decagon besar, misalnya, dapat dibuat lewat kombinasi satu kupu-kupu + tiga heksagon. Demikian pula heksagon besar dapat diaproksimasi lewat empat heksagon kecil + empat wajik. Oleh karena itu komponen terkecil dari kombinasi skala besar selalu bisa dibagi lebih kecil lagi.

Meskipun pola geometri cenderung reguler, tapi juga bisa menciptakan efek ireguler. Pola irreguler  sendiri muncul bukan karena diatur, melainkan sebagai dampak peletakan ornament di dinding atau ubin. Meskipun ubin-ubinnya sama, jika diletakkan secara berbeda, maka menghasilkan regularitas yang berbeda.

3

Seperti dikatakan di atas Masjid 99 Asmaul Husna, bukan masjid pertama yang didesain Ridwan Kamil. Sebelumnya ia membuat banyak desain masjid. Dan di antaranya menuai kontroversi. Masjid-masjid itu antara lain:Masjid Al Safar yang berdiri di jalan tol Cipularang kilometer 8, Masjid Al Irsyad di Padalarang, Masjid Raya Al-Azhar di Summarecon Bekasi, masjid di Kepolisian DaerahJawa Barat Masjid Baitur Rahman di dusun Kopeng, Sleman, Merapi Yogya. Sementara yang di luar negri ; masjid raya di Sevilla, Spanyol; dan masjid di Gaza, Palestina. Kebanyakan konsep bangunan masjid yang didesain Emil itu memang jauh dari konvensional.

Bagi yang biasa mengidentikkan masjid dengan kubah maka akan merasa aneh dengan masjid-masjik yang didesain Ridwan Kamil ini karena masjid-masjid ini banyak tak memiliki kubah seperti masjid Irsyad,di padalarang  Bandung dan masjid Nurur Rahman. Masjid Al Irsyd berbentuk kubus besar dengan garis-garis hitam di bagian dinding luar. Masjid Raya Almaul Husna dii Serpong Tangerang juga berbentuk kubus. Dindingnya dihiasi 99 Asmaul Husna. Kubahnya berbentuk lengkungan tipis Akan halnya  Masjid Jami Darussalam Tanah Abang ,juga tanpa kubah dan bentuknya seperti  segitiga sepertiatap rumah. Pada tahun 2020 ini juga akan diresmikan masjid terapung Al Jabbar di kawasan Gede Bage Bandung. Menurut Riidwan Kamil, kubah bukanlah suatu yang harus wajib ditampilkan dalam sebuah masjid. Ridwan Kamil berpendapat , kubah  bukan hal pokok yang wajib ada pada sebuah bangunan masjid. Ia menjelaskan, sebelum Islam hadir, kuil Pantheon di Roma pun lebih dulu memakai kubah. Begitu pun bentuk menara yang biasa mendampingi masjid di Nusantara. Menara juga bukan orisiinil Islam. Menara dulu dipakai sebagai elemen kuil tempat sembahyang kaum Majusi yang menyembah api.

Materi untuk masjid yang dibikin Ridwan juga unik. Untuk materi masjid Baitur Rahman, Merapi Yogya misalnya materinya memanfaatkan batako berbahan abu vulkanik  letusan Gunung Merapi. Adapun Masjid Raya Al-Azhar Summarecon  dirancang tanpa jendela tapi memiliki banyak lubang ventilasi. Pada bagian arah ruang kiblat terdapat pemandangan terbuka ke luar masjid. Akan halnya Masjid Al Irsyad di Padalarang, yang diresmikan pada 2010, bertolak dari ide tentang tempat suci Islam namun bentuknya futuristis. Bangunannya didesain mirip Ka’bah tanpa kubah. Adapun ventilasi di dinding masjid disusun dengan pola yang bila dipandang dari kejauhan membentuk bacaan syahadat.

Masjid Al Safar yang dibuat di rest area tol Cipularang KM 88 adalah masjid garapan Ridwan Kamil yang banyak mengundang polemik.Masjid ini berbentuk mirip trapezium. Masjid Al Safar dianggap kontroversial karena bentuk utamanya mengeksplorasi segitiga. Bangunan masjid Al-Safar berbentuk seperti bangau origami dengan lekukan dan ruang berbentuk segitiga. Ridwan Kamil  menerangkan, desain masjid ini hasil risetnya atas teori lipat folding architecture atau lipatan. Teori lipat folding arsitektur dipakainya untuk mencari kekayaan geometri baru yang digunakan di Masjid Al-Safar. Masjid  Al Safarmemancing menuai polemik karena ada yang menganalisa bila kita bersembahyang di sana seolah tengah menyembah bentuk segitiga bermata satu. Sebuah simbol gerakan Iluminati atau Freemansory.

Ridwan Kamil tentu saja menolak pendapat itu. Menurutnya estetika masjid-masjid Indonesia tidak asing dengan bentuk geometri segitiga. Menurutnya, geometri segitiga juga terdapat pada masjid-masjid kuno nusantara. Juga masjid-masjid kuno di Jakarta yang dibangun abad 18 seperti Masjid al Alam, Kampung Marunda Besar yang untuk kesana dicapai dengan perahu untuk menyebrangi Kali Blencong. Atap berbentuk piramidal itu sering disebut tajug atau tumpang. Bentuk atap tajug atau tumpang hampir selalu ditemui pada masjid-masjid kuno di beberapa pulau di Indonesia, khususnya Jawa.

Atap tajug pada masjid di Indonesia dapat ditemui di mana-mana, dari Aceh hingga Ambon. Atap piramida yang ditemui di masjid tua semakin ke atas semakin kecil bentuknya. Pada bagian paling puncak atau yang paling kecil biasanya dihiasi mustaka.Kendati ada perbedaan bentuk atap tajug di tiap daerah, namun nuansa akulturasi arsitektur Hindu-Buddha dan Islam tetap tidak dapat dihilangkan. Hal ini tidaklah mengherankan, mengingat bentuk atap tajug muncul dan menyebar tidak lama setelah pengaruh Majapahit kian melemah dan disusul gencarnya politik Islam di Jawa.

4

Masjid 99 Kubah adalah masjid terbaru garapan Ridwan Kamil. Bila sebelumnya, Ridwan Kamil banyak membuat masjid-masjiid tanpa kubah, maka masjid ini sebaliknya penuh kubah. Kubah tidak hanya satu tapi secara geometris diduplikasi sampai 99 buah . 99 kubah yang melingkar itu jumlahnya sesuai dengan asmaul husna, atau gelar-gelar undah nama Tuhan dalam Islam. Dengan dilingkari kubah-kubah kecil a fasad masjid ini memang sangat lain dari pada lain.

Kita melihat sebuah kubah berukuran  super besar di puncak paling atas. Lalu di bawahnya ada kubah kecil yang bentuknya berulang-ulang. Seolah dari kubah besar itu kemudian memancarkan emanasi membentuk kubah-kubah kecil berbilang 99 buah. Kubah-kubah kecil itu berbentuk bawang. Sekilas 99 bawang mungil  itu karena konsep  perulangan geometrisnya  seperti tak terhingga banyaknya. Ratusan kubah kecil yang berulang-ulang simetris, bukan hanya puluhan.

Bagi yang terbiasa menekuni Borobudur – meski lain sama sekali, rancangan Masjid Kubah 99 ini bisa mengingatkan konsep Borobudur. Saya sendiri merasa ada paralelitas antara bentuk stupa-stupa Borobudur dengan kubah-kubah Masjid 99 kubah. Borobudur seperti kita ketahui dimahkotai oleh sebuah stupa  induk yang besar. Di bawah stupa induk, melingkar stupa-stupa kecil lain hingga beberapa teras. Pola yang sama juga terdapat di Masjid Kubah 99. Paling puncak adalah kubah separuh bulatan atau melon dome lalu di bawahnya kubah-kubah kecil bawang. Secara sekilas juga mirip gereja-gereja Kristen ortodoks di Rusia.  bercorak  Megah .

Masjid itu dibangun di atas lahan seluas 2 hektar milik pemerintah Sulawesi selatan. Luas bangunannya sendiri 17×45 meter dengan tinggi hampir 90 meteratau menyerupai ketnggian Masjid Istiqlal di Jakarta. Ridwan Kamil enjelaskan, dia se­ngaja ingin menuangkan imajinasi geometrisnya dan tak terpatok pakem dengan pola kubah-kubah masjid yang selama ini sudah ada. Menurt Ridwan Kamil angka adalah hal penting dalam Islam. Dalam konsep teologi Islam terdapat banyak angka. Tauhid melambangkan satu, rukun Islam lima,  rukun iman enam, Asmaul Husna 99, juz dalam al Quran ada  30.

Di sini saya melihat Ridwan Kamil ingin menciptakan masjid berkubah namun dengan  gaya baru  yang bereksprimentasi dengan geometri. 99 kubah masjid sendiri itu tembus cahaya. Sehingga interior masjid terang benderang pada pagi sampai sore hari tanpa usah menggunakan lampu. Dalam konsep gereja-gereja Gothic Eropa, sebuah gereja yang dipenuhi jendela-jendela lebar yang dibuat tembus cahaya disebut dengan diafan. Cahaya yang masuk seolah cahaya Tuhan sendiri. Demikian juga saya lihat konsep Masjid 99 Asmaul Husna ini. Bahkan cahaya yang masuk ke interior masjid merupakan cahaya dari 99 sifat Allah. Dan ini sangat menakjubkan serta  simbolis sekali .

Terdapat pendapat yang menyebutkan bahwa bentuk kubah bisa menghasilkan akustik yang baik tanpa sokongan sistem suara elektronik. Bila pendapat ini benar, bisa dibayangkan akustik masjid ini karena memiliki 99 kubah. Yang juga menarik  konsep bangunan Masjid 99 Asmaul Husna juga meniadakan n meniadakan AC atau penyejuk udara. Marmer lantai masjid  berasal dari Maros, Sulawesi Selatan, yang membuat ruangan adem alami.Arsitektur masjid juga dibuat tanpa pilar raksasa. Padahal pilar umumnya ada di masjid-masjid besar Nusantara. Tidak adanya pilar ini dibuat agar masjid bisa  menampung ribuan orang.

Menurut Ridwan Kamil ia tak hanya berusaha menafsirkan kubah secara baru tapi juga berusaha merespon luas area masjid. Sisa lahan dijadikan beranda, yang berjulukan “Pelataran Suci”. Di situlah,tepatnya di sebelah kanan masjid, terdapat Air Mancur Waisabbe Tomalebbi. Air mancur ini dirancang  sebagai air mancur terbesar di luar Pulau Jawa. Air mancur itu memakan kaveling 6 x 80 meter. Masjid 99 Kubah ini berdiri di pinggirlaut sehingga pantulannya di air tampak dramatis dan fotogenik, apalagi jikamendapat paparan cahaya matahari saat fajar terbit atau kala senja.

Yang menjadidi masalah bagi saya adalah soal pemilihan warna masjid yang didominasi jingga dan warna terang lain. Sehingga terkesan “ceria” dan “pop art”, warna yang kurang syahdu dan “magis” . Ridwan kamil memang semula menawarrkan masjid didominasi warna putih yang netral. Tapi kemudian pemerintah Makassar ingin masjid diberi warna oranye yang mencolok. Sebab warna oranye menggambarkan semangat juang orang Makassar.

5

Dari pemaparan di atas, singkatnya Masjid 99 Kubah merupakan hasil eksprimentasi geometri terhadap kubah yang dilakukan  oleh Ridwan Kamil. Jarang ada arsitek yang berani melakukan eksprimentasi terhadap jumlah kubah.Keberanian  Ridwan Kamil menduplikasi kubah menjadi 99 buah ini tapi dirujuk secara kuat dari angka Asmaul Husna, sebuah eksprimentasi yang bukan asal kontemporer. Masjid ini menurut saya bisa disebut merupakan terobosan yang menyegarkan bagi desain masjid di tanah air. Masjid ini dibangun di pinggir lautan. Bisa dibayangkan bila fajar tiba atau bila  bila senja tiba, cahaya redup yang masuk dari 99 kubah akan menerangi interior masjid secara lain. Bisa dipastikan  terrdapat  efek-efek alami  tertentu yang  mungkin menakjubkan.

Tapi pembangunan masjid ini tak lepas dari kontroversi. Sebagaimana wawancara majalah Tempo dengan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Selatan, MuhammadAl Amin, yang menjadi masalah:  bangunan Masjid  99 Asmaul Husna ini berdiri di atas tanah reklamasi. 70 persen lahan Masjid 99 Kubah adalah tanah reklamasi , sementara sisanya tanah timbul. Pembangunan masjid sendiri sesungguhnya  menjadi bagian dari megaproyek reklamasi pesisir Makassar seluas 4.000 hektare. Dari hasil investigasi Walhi, reklamasi menimbulkan dampak buruk  keruhnya air laut, abrasi pulau-pulau kecil di sekitar area reklamasi,serta jatuhnya pendapatan nelayan yang makin sulit mendapat ikan. Dari penelitian dan riset teaterwan Makassar Shinta Febriany  yang dipresentaikan di Pekan Teater Nasional yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki 2018, reklamasi besar-besaran pantai Losari di Makassar, juga menyebabkan banyak orang kehilangan orientasi diri. Beberapa malah berniat bunuh diri.

Kualitas tanah reklamasi itu juga dikhawatirkan berdampak pada bangunan Masjid 99 Kubah. Sebab, kontur tanah reklamasi cenderung ringkih sehingga berbahaya bila mesti menampung sebuah masjid besar dengan ribuan orang yang bersembahyang di dalamnya. Bila tidak dikelola dengan baik limbah cair dari masjid bakal mengotori laut di sekitarnya. Salah satu ciri pembangunan masjid di nusantara adalah ramah lingkungan. Masjid-masjid dibangun menguatkan alam. Bila dipandang dari perspektif reklamasi ini (bukan dari perspektif estetika masjid)  maka masjid 99 Asmaul Husna yang akan selesai seluruh pengerjaannya di  tahun 2022 ini memang bisa problematik. Semoga tidak.

—–

*Penulis pernah bekerja di D&R

——

Daftar Pustaka

Owen, Mitchells, (2012) – The Aesthetic: Exploring geometric Pattern in Islamic Arts, Archictural Digest.

Karadag, Zekeriya, (2017) – Euclidean Exploration of Geometry in Islamic Art, Springer Link.

Heuken, Adolf SJ, (2003) – Masjid-masjid Tua di Jakarta, Yayasan Cipta Loka Caraka

Mutrisno, Sutiyoso dkk, (1994) – Masjid-masjid bersejarah di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia

Kleinsteuber, Asti dan Syafri M Maharadjo, (2012) – Masjid-Masjid Kuno di Indonesia,PT AS Productions Indonesia.