Hujan Mikroplastik dalam Perspektif Kultural

Oleh: Purnawan Andra*   Ekopoetika Hujan Hujan, yang dulu menjadi lambang kesuburan dan berkah dalam banyak tradisi Nusantara, kini turun membawa mikroplastik. Data penelitian BRIN sejak tahun 2022 menunjukkan bahwa setiap sampel air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik yang berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan, ban, dan sisa pembakaran sampah dan limbah plastik […]

Sastra, Pemuda, dan Narasi Kebangsaan: Membaca Nalar Filosofis Sumpah Pemuda

Oleh: Gus Nas Jogja* Wacana kebangsaan di Nusantara, sebagaimana terartikulasi dalam Sumpah Pemuda (1928), bukanlah sekadar manifestasi politis; ia adalah sebuah proyek ontologis, sebuah upaya radikal untuk menegasi struktur kekuasaan kolonial yang telah mendehumanisasi subjek. Peristiwa historis ini, sering kali dicatat secara linear sebagai pilar nasionalisme, sesungguhnya merupakan ruptur epistemik yang lahir dari kesadaran eksistensial […]

Menulis Cerpen, Pulang Menuntun Kambing

Kendal, hari Minggu, 26 Oktober 2025 punya hajat membagi hadiah ternak; Kambing, Ayam dan Bebek kepada para cerpenis yang karyanya dianggap berkualitas. Jika pengumuman hadiah nobel sastra internasional diadakan pada bulan Oktober setiap tahunnya, kegiatan literasi di Kendal ini juga sama dilakukan pada bulan Oktober. Selain bulan Oktober merupakan bulan bahasa nasional. Kenapa harus memilih […]

Sastra Portugis dalam Dialektika Kebudayaan Global

Oleh: Gus Nas Jogja*   Sastra Portugis bukanlah sekadar kompilasi narasi, puisi, atau drama yang terbingkai dalam sempadan geopolitik Portugal Raya. Ia adalah sebuah logos yang terentang melintasi Atlantik dan samudra-samudra Afrika, sebuah peta spiritual yang disulam dengan benang-benang sejarah kolonialisme, diaspora, dan, yang paling esensial, Saudade—sebuah konsep kehilangannya. Sejak abad ke-16, Luís Vaz de […]

Kedaulatan Narasi: Resolusi BRICS dalam Pencarian Jati Diri Sastra Indonesia

Oleh: Gus Nas Jogja* Ketika sebuah negara  anggota baru dalam aliansi geopolitik sebesar BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, dan anggota baru) diminta untuk mengajukan wakil sastranya, momen tersebut bukanlah sekadar proses administrasi. Ini adalah tindakan eksistensial kolektif. Panggung BRICS adalah medan di mana narasi bangsa diadu, diperbandingkan, dan diakui. Resolusi tentang Pembentukan Panitia […]

Membaca Adalah Tugas Menafsir

Oleh Mudji Sutrisno SJ. Membaca akhirnya merupakan kerja menafsir, kata Gadamer (Truth and Methods, 1980). Sang penafsir harus mampu menangkap makna awal atau asli dari teks tertulis pengarang. Dan untuk itu, penafsir harus mencermati tiga tempat beradanya makna, yaitu makna yang dihurufkan oleh pengarang dari peristiwa kehidupan atau pengalaman hidupnya yang diwujudi dalam aksara. Yang […]

Bangsa yang Gemar Tepuk Tangan 

Oleh Purnawan Andra* Kementerian Agama baru-baru ini memperkenalkan Tepuk Sakinah sebagai bagian dari program bimbingan pranikah. “Berpasangan! Janji kokoh! Saling cinta, saling hormat, saling ridho!”—begitulah yel-yel yang dimaksudkan agar nilai rumah tangga sakinah lebih mudah diingat. Sekilas tampak kreatif, bahkan ringan dan menyenangkan. Namun di tengah angka perceraian yang terus meningkat, kasus kekerasan domestik yang […]

Jihad Santri di Era Disrupsi: Mendayung di antara Dua Karang

Oleh: Gus Nas Jogja*   Hari Santri, 22 Oktober, adalah tanggal sakral yang menandai fatwa Resolusi Jihad—sebuah titik nol di mana santri mengubah sarung menjadi kain kafan dan pena menjadi bambu runcing. Namun, di tengah gemuruh perayaan, ingatan kita baru saja didera oleh gemuruh yang lain: robohnya bangunan di Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo. Ini adalah sebuah […]

Tafaqquh fi Tamaddun: Dialekta Santri di Jantung Disrupsi Digital

Oleh: Gus Nas Jogja*   Melampaui Batas Kitab Kuning Menuju Samudra Peradaban: Santri di Persimpangan Kosmos Santri, sejak berabad-abad, adalah metafora hidup tentang sebuah perenialitas: kesinambungan spiritual yang dibentuk oleh disiplin asketik dan intelektual. Ia adalah pewaris tradisi kenabian, yang mandat utamanya terangkum dalam diktum suci: Tafaqquh Fiddin—pendalaman dan pemahaman mendalam atas agama. Dalam lorong-lorong […]

Pesantren dalam Pusaran Filsafat Eksistensial dan Pendidikan Karakter

Oleh: Gus Nas Jogja* Pesantren, secara harfiah, adalah tempat tinggal para santri. Namun, secara eksistensial, ia adalah sebuah Ruang Penyingkiran Diri atau Space of Self-Exile. Memilih Pesantren adalah sebuah keputusan radikal, sebuah penolakan sublim terhadap kepastian dunia luar yang didominasi oleh hiruk-pikuk materi dan gemerlap fatamorgana. Ini adalah langkah pertama menuju filsafat eksistensial khas Pesantren: […]