Pertarungan dan Sihir Bahasa

Oleh: Tjahjono Widijanto* Semenjak linguistik dikenal sebagai sebuah ilmu, bahasa berada pada dua ketegangan perdebatan dan keterbelahan. Belahan pertama memandang bahasa sebagai sebatas alat dan mereduksinya menjadi sekedar perkara gramatika. Belahan kedua, aliran yang memandang bahasa bukan sematamata persoalan gramatikal tetapi juga refleksi kategori-kategori mental kognitif manusia dan zamannya. ​Pada belahan pertama, bahasa dilihat sebagai […]

Gayo adalah Budaya Kopi

Oleh: Pietra Widiadi & Dewi Arum Nawang Wungu* Belum tahu tahun berapa pastinya, tetapi Pemerintah Hindia Belanda mulai menggalakkan kopi di Dataran Tinggi Gayo PD tahun 1908. Kopi-kopi Gayo di bawa dari Jawa, salah satunya dari Malang. Mungkin seperti di Lampung yang di awali dari orang-orang dari Blau, Ngajum, Malang. Dari beberapa diskusi tentang Kopi […]

Puisi Mantra Sutardji Calzoum Bachri: Gerbang Ganda dalam Portal Kata

Oleh: Gus Nas Jogja* Catatan Kuratorial Gus Nas Jogja Sutardji Calzoum Bachri, penyair kelahiran Rengat, Riau, Indonesia, telah lama menjadi ikon dalam dunia sastra Indonesia dengan puisinya yang unik dan revolusioner, sering kali disebut “puisi mantra.” Karyanya menantang konvensi bahasa dan puisi, menggiring pembaca ke sebuah perbatasan di mana makna logis menipis dan pengalaman transendental […]

Religiositas Seni (Rupa) atau Seni Religius?

Oleh: Mudji Sutrisno SJ.* Hartojo Andangdjaja dalam bukunya “Dari Sunyi ke Bumi” (Grafiti, 1991, hal.18-19), menulis bahwa puisi religius dengan interpretasi puitik yang baik tidak pernah mendesakkan suatu kepercayaan apapun kepada pembacanya. Puisi itu ‘hanya’ menyatakan apa yang dihayati penyairnya. Bilapun termuat pengabaran atau ‘dakwah’ maka pengabaran dalam puisi religius yang baik akan terasa lebih […]

Politik Pangan, Tubuh yang Sakit, dan Seni sebagai Kritik 

Oleh Purnawan Andra* Tragedi keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyentak kesadaran publik. Bagaimana mungkin sebuah kebijakan yang digadang-gadang sebagai penopang kehidupan justru menelan korban? Pangan, yang mestinya menyehatkan, justru berubah menjadi racun yang melumpuhkan tubuh rakyat.  Tapi persoalan ini tidak bisa hanya dibaca dengan kacamata teknokratis seperti soal distribusi, pengawasan mutu, atau […]

Puisi dan Masa Pakai Kata

Oleh Gus Nas Jogja* Puisi adalah pertarungan melawan waktu, dan setiap kata di dalamnya adalah upaya untuk mencapai keabadian. Di era analog, masa pakai kata diuji oleh keausan cetak dan memori kolektif; di era Literasi Digital, tantangannya jauh lebih kompleks: banalitas yang diinduksi oleh algoritma, kebisingan platform, dan kedangkalan interaksi. Kata-kata dalam bait-bait puisi itu […]

Audit Total MBG

Oleh: Gus Nas Jogja* Esai ini adalah sebuah seruan epik, bukan sekadar kajian program. Ia adalah upaya untuk mengangkat sebuah kebijakan publik dari ruang sempit politik jangka pendek menuju cakrawala keabadian kognitif bangsa. Program MBG (Makanan Bergizi) ditempatkan sebagai mandat suci, sebuah gestalt pembangunan yang menolak diskursus parsial tentang angka dan efisiensi, dan sebaliknya, menuntut […]

Tantangan Integritas dan Akuntabilitas Tata Kelola Haji

Oleh: HM. Nasruddin Anshoriy Ch* Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia adalah sebuah tugas monumental yang melibatkan jutaan umat dan triliunan rupiah. Di satu sisi, haji adalah rukun Islam kelima, sebuah ibadah suci yang menuntut kesucian niat. Di sisi lain, ia adalah sebuah entitas manajemen yang kompleks, penuh dengan birokrasi, alokasi sumber daya, dan potensi penyimpangan. […]

Kritik Seni

Oleh Mudji Sutrisno SJ.* Pembahasan mengenai estetika dalam karya seni, baik itu sastra, lukisan, maupun seni pertunjukkan (tari, teater dan lain-lain), sampai hari ini secara mencolok berada dalam dua arus. Arus pertama adalah resensi seni yang mau mencoba memberi apresiasi dari dalam, serta dari kode yang dipunyai oleh karya itu sendiri. Pendekatan dari dalam atau […]

Anomali Program MBG

Oleh: Gus Nas Jogja* Program Makanan Bergizi (MBG) digagas sebagai sebuah terobosan mulia, sebuah manifesto kebangsaan untuk mengikis stunting dari akar tani dan menumbuhkan kemandirian ekonomi di desa. Dengan alokasi anggaran yang fantastis, program ini seolah menjadi jawaban atas banyak persoalan struktural di Indonesia. Namun, di tengah gemuruh pujian dan harapan, sebuah anomali menyakitkan mencuat: […]