Entries by

Sajak-sajak Seno Joko Suyono

Jika Kita Sepasang Mahasiswa Arkeologi di Kabul   Helikopter Chinook yang meraung-raung Turun di kedutaan Jangan kau kira mengevakuasi kita, sayang Sudah lama kita ditinggal. Dari lantai 9 apartemen lusuh ini Kita menghindar perempatan yang dipalang Kubis di lemari es basi. Daging berjamur. Kentang growong Berjalan ke museum – tempat arca-arca Avalokitesvara itu disimpan Akan […]

Jangan Sampai Salah Alamat

Oleh Yuswantoro Adi Ijinkan saya memulai tulisan ini dengan membalas tuduhan saudara Hendro Wiyanto berjudul Sesudah “Pameran Imajiner” yang menyebut tulisan saya di Kompas kemarin sebagai sebuah tanggapan yang dangkal. Sekadar informasi, saya ini seorang pelukis, bahwa kemudian sesekali menulis adalah untuk membagi apa yang saya tahu. Bukan mengajak orang lain untuk ikut menyelam bersama dalam sebuah […]

Seni dan Negara (Modernisme di Halaman Belakang) (Bagian 2)

Oleh Afrizal Malna Batas-batas sejarah sebagai fiksi politik Batas-batas sejarah merupakan sebuah titik yang kita buat untuk membangun tubuh sejarah yang berbeda pada babakan-babakannya. Kita tidak pernah melihat batas ini sebagai sebuah fiksi. Kadang ia menjadi batas ideologis yang membeku, tempat bersemayamnya hantu-hantu. Batas-batas itu selalu menarik ketika terjadi penafsiran baru, munculnya perspektif baru, atau […]

Seni dan Negara (Modernisme di Halaman Belakang) (Bagian 1)

Oleh Afrizal Malna Apa yang menarik mengikuti tulisan Aminudin TH. Siregar: “Takjub Ajoeb: Kepada Bung Hendro Wiyanto” dan tanggapan Hendro Wiyanto: “Jurus Gerhana Aminudin TH. Siregar”, adalah bagaimana sejarah bekerja dalam wilayah rasionalisme dan keyakinan. (Mungkin ini juga tidak tepat). Ia seperti hantu yang bersemayam pada batas sejarah sebelum dan setelah Tragedi 1965. Bermain dalam […]

Film Perjuangan Indonesia: Antara Alat Ideologis dan Moralitas Kabur ala Film Hollywood

Oleh Eko Fangohoy Selama atau menjelang perayaan tujuh belas Agustus-an, televisi-televisi biasanya memutar film-film bertemakan perjuangan. Bioskop-bioskop pun—terutama sebelum pandemi—juga menayangkan film-film perjuangan baru. Film-film tematik seperti ini biasanya melekat pada waktu-waktu tertentu sepanjang tahun. Dari berbagai coraknya, film-film yang meramaikan bulan Agustus memiliki tema umum yang kurang lebih serupa, sehingga mereka biasanya bisa disebut […]

Marusya Nainggolan: Tristutji Kamal, Ruh Jawa dalam Musik Barat

Ujian terbuka tingkat doktoral Marusya Nainggolan (67 tahun) di bidang ilmu budaya yang diselenggarakan on line oleh Universitas Indonesia itu menjadi lain daripada lain. Di akhir sidang –setelah selesai tanya jawab antara para penguji dengan Marusya Nainggolan, promotor Marusya, Prof. Dr. Melani Budianta mempersilahkan Marusya memainkan piano.  Hadirin yang mengikuti sidang terbuka itu via computer […]

Puisi-Puisi Mahwi Air Tawar

Excelsa Ada masa, dari ketinggian penderitaan Afrika kuseduh namamu hanya dalam seduhan rindu meski di Les Deux Magots, ranum senyummu terlipat dalam kertas kusut sajak Arthur Rimbaud dan lidah keluh Simone de Beauvoir Bersama biji-biji kebahagiaan kujulurkan lidahku, rambut usia rawan kuikat dengan tali-tali hitam VOC pilu dan kurepihkan arabika, kuseduh robusta di atas tungku […]

Sesudah “Pameran Imajiner” (2)

(Untuk Aminudin TH Siregar, Asmujo J. Irianto dan Yuswantoro Adi) Oleh Hendro Wiyanto Sanento tidak sempat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri pameran “Kebudayaan” Indonesia (di) Amerika Serikat (KIAS, 1990-1991). Kita tentu tidak bisa bertanya kepadanya, apakah pameran imajinernya cocok dengan apa yang dihadirkan oleh para kolega seni rupanya dalam agenda yang berlangsung berbulan-bulan itu. Termasuk […]

Tahanan Politik Pulau Buru (1969 – 1979)

Buku Tahanan Politik Pulau Buru (1969 – 1979) Penulis: I.G. Krisnadi Pengantar: Hersri Setiawan Penyunting: E. Dwi Arya Wisesa Penerbit: LP3ES, April 2001, Cetakan 1 Tebal: xlvii + 250 halaman [Buku ini semula merupakan tesis pada Program Studi Ilmu Sejarah, Program Pascasarjana Universitas Indonesia] Kondisi: Stok lama; ada bercak kecoklatan di halaman-halaman buku; pada salah […]

Asmara Hadi (1914-1976): Nasionalisme dan Puisi untuk Rosa Luxemburg

Oleh Imran Hasibuan Nama sebenarnya adalah Ipih Abdul Hadi. Lahir 8 September 1914, di Lubuk Ngantungan, Bengkulu. Ia berasal dari keluarga terpelajar. Ibunya bernama Khamaria, dan ayahnya Khobri bin Merah Hosen gelar “Raja Api”. Ketika jatuh cinta kepada Ratna Djuami Ningsih, putri angkat Soekarno dan Inggit Ganarsih, ia memakai nama samaran Hadi-Ratna, sebagai lambang persatuan […]