Kenangan Kunjungan Paus: Paus dan Cenderamata Mancanegara

Oleh: Agus Dermawan T.*

Dalam kunjungan apostolik ke berbagai negara, para Paus selalu mendapat cenderamata. Apa yang diterima Paus Fransiskus kala berkunjung ke Asia-Oseania? Pada 1989, Paus Paulus Yohanes II justru mendapat kado istimewa.

Begitu dikabarkan Paus Fransiskus akan berkunjung ke Indonesia pada 3 sampai 6 September 2024, banyak perupa yang berharap agar karyanya dipilih negara untuk dihadiahkan kepada Paus. Hadiah tersebut tidak hanya untuk menandai kecintaan seniman kepada Paus, tapi juga untuk menegaskan kerekatan spiritual Indonesia dengan Paus. Hasrat menghadiahkan semakin muncul ketika semua tahu bahwa cenderamata itu akan diabadikan di Museum Vatikan yang dijunjung sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Sehingga cenderamata akan disimak sangat banyak orang di sepanjang waktu.

Presiden Sukarno sangat memahami hubungan seni, Paus, dan Museum Vatikan. Itu sebabnya dalam beberapa kali kunjungan ke Vatikan ia selalu membawa karya seni adiluhung untuk dipersembahkan sebagai cenderamata. Ketika ke Vatikan pada 1964, ia menghadiahkan keris Nusantara berusia 500 tahun kepada Paus Paulus VI. Sementara Paus menghadiahkan sebuah mozaik yang bernoktah batu permata, seni khas Itali-Roma. “Manusia sejagad akan menyaksikan, betapa orang Nusantara sejak zaman dulu sudah menghasilkan karya besar,” kata Sukarno.

Presiden Sukarno dan Paus Pius XII di Vatikan, 1956. (Sumber: Vatikan)

Keinginan untuk mencenderamatakan karya seniman kepada Paus Fransiskus lantas menimbulkan rumor dan peristiwa. Di media sosial muncul video ihwal salib besar bikinan seniman Yogyakarta yang digadang-gadang diberikan kepada Paus. Beredar pula berita soal karya pelukis berkebutuhan khusus – dari Agus Yusuf, Diego Luister Berel sampai Anfield Wibowo – akan dipilih untuk cenderamata kepada Paus. Sejumlah orang merumorkan karya pelukis potret Susilo Budi Purwanto atau Siunandar Djaja bakal dihadiahkan oleh negara kepada Paus.

Di Jakarta, pendeta Sylvana Maria Apituley tiba-tiba menggotong lukisan akal imitasi karya Denny JA yang bergambar Paus Fransiskus. Lukisan itu didekatkan ke mobil Paus yang melintas di jalan raya. Paus pun membasuh lukisan itu dengan doa. Sylvana – tokoh keberagaman dari Papua – meyakini bahwa lukisan itu sekarang sudah ada dalam museum hati Paus.

Sejumlah karya seni yang menjunjung Paus, dan diniatkan untuk dihadiahkan kepada Paus Fransiskus. Dalam gambar tampak Paus memberkati karya-karya itu. (Sumber: Agus Dermawan T)

 

Lukisan yang digotong seorang pendeta ke pinggir jalan raya, dan didekatkan ke Paus Fransiskus yang berada di mobil, untuk diberkati. (Sumber: Sindo News)

Namun selebar-lebar cerita dibuka, kita tidak tahu apa cenderamata yang diberikan oleh Istana Presiden kepada Paus Fransiskus.

Di balik kelindan “rahasia” itu, ada yang secara metaforis mengatakan: penyambutan luar biasa orang Indonesia kepada Paus Fransiskus adalah “cenderamata lukisan besar” yang tidak ternilai harganya. Aha, benar juga, ya. Di sisi lain ada yang mengatakan bahwa gambar logo dan poster elektronik penyambutan Paus yang dibikin sejumlah media massa adalah cenderamata estetik. Terutama logo Kompas TV yang bergambar sosok Paus dipeluk Garuda Pancasila dalam motif batik. Semua itu membarengi cenderamata resmi dari Masjid Istiqlal yang berupa replika masjid, dengan disertai sekeping koin emas persahabatan, yang amat besar dalam ukuran.

Gambar penyambutan Paus Fransiskus yang dirilis Kompas TV. Cenderamata maya yang indah. (Sumber: Agus Dermawan T)

Soal cenderamata yang diberikan kepada Paus oleh negeri yang akan dan sudah didatangi oleh Paus, adalah bagian dari communis opinio (perasaan bersama) yang diwujudkan dalam bentuk benda. Dan itu dianggap penting.

Dua tahun sebelum Paus Fransiskus datang ke Indonesia, PWKI (Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia) yang dipimpin Mayong Suryoleksono telah membawa cenderamata ke Vatikan. Cenderamata itu adalah Patung Maria Bunda Segala Suku, sebagai hadiah dari Uskup Agung Ignatius Suharyo. Gunungan wayang dari Sri Sultan Hamengkubuwono X. Kain batik ceplok mangkara latar kawung dari Adipati Paku Alam X. Juga buku buah karya Romo Sandro Pendro Peccati SX, misionaris Itali yang 60 tahun bekarya di Indonesia.

Patung Maria Bunda Segala Suku, cenderamata Indonesia dari Uskup Agung Ignatius Suharyo untuk Paus Fransiskus. (Sumber: Agus Dermawan T)

 

Paus Fransiskus mengenakan udeng khas Banyuwangi pada 21 Agustus 2024 di Vatikan. (Sumber: Times)

Pada kesempatan berikutnya, dalam pertemuan di Vatikan 21 Agustus 2024, organisasi kepemudaan lintas iman Indonesia memberikan hadiah udeng khas Banyuwangi kepada Paus Fransiskus. Udeng atau tutup kepala itu langsung dikenakan oleh Paus dengan gembira. Udeng artistik itu melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam raya. Perlambangan yang selalu disarankan dalam ajaran Islam, Hindu, Buddha dan Kristen-Katolik.

Cenderamata mancanegara

Albania, negeri yang penduduknya mayoritas Muslim, pernah menyambut meriah kedatangan Paus Fransiskus. Beberapa cenderamata diberikan oleh rakyat Albania kepada Paus. Di antaranya adalah lukisan sosok Suster Teresa. Mereka bangga betapa Suster Teresa itu berdarah Albania, meski lahir di Makedonia. Cenderamata lain adalah fotografi-seni yang merekam gereja Katolik St.Nicolas di desa Malbardh. Gereja unik yang pernah dihancur-leburkan oleh diktator Enver Hoxta sebelum 1992, namun dibangun kembali (justru) oleh warga Muslim Albania!

Ketika Paus Fransiskus berkunjung ke Turki, pemerintah Turki menghadiahkan jam tangan rancangan Murat Ucar. Jam tangan ini isrimewa, karena di dalamnya termaktup lukisan Perjamuan Terakhir Yesus, dan bagian tombol putarannya bergambar wajah Monalisa, dari karya Leonardo da Vinci. Ketika berkunjung ke Prancis, Paus Fransiskus mendapat cenderamata pakaian olahraga (jersey) kesebelasan Paris Saint-Germain milik Lionel Messi! Kita tahu, Messi berasal dari Argentina, tempat kelahiran Paus Fransiskus.

Arloji bergambar Perjamuan Terakhir Yesus, yang diberikan oleh pemerintah Turki kepada Paus Fransiskus. (Sumbert: Rmol.id)

 

Paus Fransiskus mendapat cenderamata jersey Lionel Messi dari Perdana Manteri Prancis Jean Castex. (Sumber: Reuters)

Masyarakat Papua Niugini mempersembahkan mahkota berhias bulu cenderawasih (jenis Paradisaea raggiana) kepada Paus Fransiskus. Mahkota gambaran semesta surgawi ini biasanya hanya dipakai oleh ondoafi (tokoh adat). Burung cenderawasih yang hanya ada di Papua ini adalah lambang negara Papua Niugini.

Di Singapura Paus Fransiskus secara resmi tidak mendapat cenderamata yang tangible, atau bersifat benda. Karena pemerintah memberikan hadiah intangible berupa penamaan varietas baru anggrek persilangan: Dendrobium His Holiness Pope Francis!

Paus Fransiskus mendapat cenderamata mahkota sakral dengan bulu cenderawasih dari masyarakat Papua Niugini. (Sumber: Vatikan Media)

Untuk menyambut kunjungan Paus Fransiskus 9 September lalu, masyarakat Timor Leste mempersembahkan cenderamata kain tenun tradisional khas Timor dari suku Tetun. Kaibauk (kerajinan tanduk kerbau) yang melambangkan kuasa Tuhan Sang Pemberi Kehidupan. Juga belak, perhiasan untuk ditaruh di dada, yang mencitrakan cahaya bulan, lambang kerendahan hati.

Jauh tahun sebelumnya, pada kunjungan Paus Yohanes Paulus II tahun 1989, Timor Leste (dulu masih bernama Timor Timur) juga memberi cenderamata. Lantaran dirasa tidak cukup, pada 2007 pemerintah Timor Leste membangun patung monumen Paus Yohanes Paulus II di atas bukit Tasitolu, Dili. Seperti tak mau kalah, beberapa tahun kemudian pemerintah Polandia, negeri kelahiran Paus Yohanes Paulus II, juga membangun patung Paus dalam format raksasa di Kota Czestochowa. Leszek Lyson, penyandang dana pembangunan monumen, mengatakan bahwa patung itu merupakan cenderamata terbesar untuk Sang Paus.

Patung Paus Yohanes Paulus II di Dili, Timor Leste. (Sumber: Andrew Warner)

Cenderamata Indonesia untuk Paus

Untuk menyambut Paus Fransiskus, Gereja Katedral Jakarta mempersembahkan seni instalasi polyhedron (aneka yang kasat mata), bertajuk “Hati Indonesia”. Seni berwujud bangunan gubuk itu dibentuk dari mosaik geometris kain perca dan kertas bergambar. Elemen seni itu adalah koleksi pribadi 1.500 anak dan remaja seluruh Indonesia dari berbagai suku dan agama. Gubuk lambang kesederhanaan ini, setelah diimbuh tulisan Paus Fransiskus, akan direkam dalam foto dan video oleh penggerak pendidikan global Scholas Occurrentes, untuk dipersembahkan kepada Museum Vatikan.

Seni instalasi polyhedron “Hati Indonesia” yang dipersembahkan kepada Paus Fransiskus oleh 1.500 anak dan remaja Indonesia berbagai suku dan agama. (Sumber: Agus Dermawan T)

Persoalan cenderamata kepada Paus memang sering terbit jadi cerita menarik. Salah satunya adalah yang muncul dari riwayat Basoeki Abdullah, kala maestro ini membuat lukisan untuk Paus Yohanes Paulus II, tahun 1989. Kisahnya demikian.

Alkisah pada 1988, penari wayang orang (wayang wong) Sampan Hismanto datang ke Basoeki Abdullah. “Mas Basoeki, saya ada perlu…. Grup wayang wong kami mendapat undangan dari Panitia Festival Babilon di Irak 1989. Festival ini untuk merayakan berakhirnya perang Irak melawan Iran yang sudah berlangsung 10 tahun. Tapi kami tak punya uang.” Basoeki terpana, dan kemudian terharu.

Akhir dari pertemuan itu adalah janji Basoeki untuk berpameran tunggal khusus lukisan wayang, yang hasilnya dipakai untuk mencukupi kebutuhan rombongan besar Sampan ke Irak. Sekitar 35 lukisan itu lalu dipamerkan di lobi Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta, tempat grup Sampan melakukan pentas try out. Mengiringi pementasan Sampan yang bagus, pameran Basoeki juga laris terjual dengan harga mahal.

Semua hasil penjualan lukisan itu diserahkan kepada Panitia Wayang Wong Sampan Hismanto. Rombongan Sampan pun berangkat ke Babylon International Festival pada 1989. Basoeki ditunjuk sebagai koordinator pro bono. Di Irak pementasan Sampan meraih sukses.

“Tidak hanya sukses itu yang yang membuat hati saya gembira. Ada hal lain. Yang pertama, setelah bermeditasi, saya menemukan nilai kesatuan Tiga B, yakni Babilon – Basoeki – Bibel. Yang kedua, saya didorong untuk melukis tiga tokoh dunia, sebelum saya pergi dari dunia fana,” kata Basoeki.

Untuk yang pertama ia menjelaskan: menurut bibel (bible, kitab suci Injil), di Babilonlah kehidupan Adam sebagai manusia pertama dibuka. Dan aneh, di Babilonlah dirinya merasa bisa berdialog dengan roh Adam dalam tempo lama.

Untuk yang kedua ia menerangkan bahwa salah satu dari tiga tokoh dunia itu adalah Paus Yohanes Paulus II. “Paus Yohanes Paulus II adalah pemimpin agama yang menebarkan perdamaian dengan filsafat persekutuan hati seluruh manusia. Paus tak pernah putus mendoakan agar perang Irak-Iran berhenti selamanya.”

Beberapa lama setelah Basoeki bermeditasi, merenung dan termangu-mangu, eh, datang kabar dari Jakarta. Sekretariat Negara, atas nama Presiden Soeharto, meminta Basoeki untuk segera pulang dan melukis Paus Yohanes Paulus II yang akan berkunjung ke Indonesia. Lukisan itu akan dipersembahkan sebagai cenderamata bagi Paus. Basoeki kaget mendengar kabar itu. “Ini seperti perintah dari langit,” katanya.

Di Jakarta Basoeki berpikir keras untuk menggali ide. Karena Paus Yohanes Paulus II sangat mencintai anak-anak, maka Basoeki menggagas lukisan Paus sedang menggendong anak. Untuk mencari model anak balita, ia mengetuk Panti Asuhan Yayasan Sayap Ibu. Dari puluhan anak yang ada di situ, Basoeki memilih satu, balita berusia 19 bulan. Sambil menggendong, Basoeki bertanya kepada pengasuh yayasan, “Siapa nama anak ini?” Si pengasuh menyahut spontan, “Adam!” Basoeki terkejut setengah mati. Bukankah Adam adalah manusia pertama yang muncul dan berdialog dalam meditasinya di Babilon tempo hari?

Lukisan lalu diserahkan kepada Sekretariat Negara. Dan Presiden Soeharto lantas mempersembahkan lukisan itu secara seremonial kepada Paus Yohanes Paulus II, dengan balutan rasa bangga.

Presiden Soeharto dan Paus Yohanes Paulus II saat penyerahan lukisan Basoeki Abdullah di Istana Presiden. (Sumber: Kompas)

 

Lukisan Basoeki Abdullah tentang Paus Yohanes Paulus II, dengan balita bernama Adam. (Sumber: Agus Dermawan T)

Basoeki menyakini, spirit Paus Yohanes Paulus II yang cinta kepada anak-anak dan orang-orang jelata pasti akan diteruskan oleh para Paus selanjutnya. “Hati tulus Suster Teresa akan menjadi panutan, dan akan dituliskan sebagai ayat,” katanya. Basoeki lalu melukis Suster Teresa “pelayan Calcuta” sedang memeluk gadis cilik kurus yang berbahagia.

Apa yang ia harapkan ternyata muncul pada 35 tahun kemudian. Dalam kunjungan ke Indonesia kemarin, Paus Fransiskus secara jelas mengumandangkan semangat Santa Teresa yang mencintai dan menolong orang-orang yang berkekurangan dalam berbagai aspeknya.

*Agus Dermawan T., Pengamat seni rupa. Penulis buku-buku budaya dan seni.