Puisi-puisi Hening Wicara
HAGYA SOFIA
Puisi memasuki Hagya Sophia
Ketika matahari tepat di atas kepala
Dicarinya jawab atas sebuah tanya
Tentang kubah yang merangkum segala beda
Betapa terpesonanya puisi
Mendapati asma Allah dan Rasulnya dalam untaian kaligrafi
Di antara mozaik Ave Maria dan sang bayi
Di dalam megah Hagya Sophia
Yang mengumandangkan cinta
Puisi telah menjadi saksi
Bahwa karya tertinggi peradaban adalah toleransi
Turki, 2023
BALON UDARA
Cuaca cerah telah menjadi sahabat angin yang berembus tenang
Ia mengusir awan
Menghalau hujan
Mengungsikan petir ke kota lain
Hingga balon-balon udara dengan warna-warni pelangi
Melayang sempurna di lazuardi
Puisi menjadi saksi
Betapa menawannya langit Cappadocia
Dengan balon-balon besar yang mulai
mengambang
Hingga tampak kecil di kejauhan
Di mata puisi,
Balon-balon itu ibarat derita
Yang akan terbang menjauh
Seiring kepak sayap waktu
Dan hanya mereka yang rela diterbangkanNya
Mampu menjalani hari-hari di bumi
Dengan hati selalu tertuju ke langit
Turki, 2023
DI TEPI SUNGAI KIZILIRMAK
Di tepi sungai Kizilirmak, Turki
Dua busur pelangi merangkul pagi
Hingga setitik embun yang bergelayut di
ujung daun pun mengerti
Bahwa yang jatuh berkali-kali bukan ia sendiri
Dua busur pelangi itu datang
Tanpa diundang awan
Tanpa dijemput hujan
Tanpa diantar halilintar
Hanya untuk bersaksi
Bahwa warna tak pernah abadi
Dan tak akan punya arti
Ketika mata tak memilih cinta
Sebagai lensa paling kornea
Dan dalam menatap dunia
Bulu-bulu lentik di mata nan cantik
Yang berkedip hampir tiap detik
Tak pernah sanggup menampung rintik
Meski seukuran debu setitik
Sedangkan cinta,
Yang bergelora sebagai cahaya
Tak akan pernah bisa hadir
Pada akal yang alpa dari fikir
Pada kalbu yang lalai dari zikir
Di ujung pagi,
Dua busur pelangi ajak embun berjanji:
Untuk membuang keluh, jauh-jauh
Tiap kali jatuh, tiap kali luruh
Untuk berdamai dengan segenap rasa sakit
Meski perih menghimpit, meski luka menggigit
Untuk menerima segala pemberian semesta
Dengan dada seluas jagat raya
Sebab, hanya kecemerlangan hati
Yang dapat menyentuh langit
Turki, Juli 2023
PEREMPUAN PENENUN PERMADANI
Sepuluh jemarinya menari
Di antara benang-benang pemintal hari
Dengan warna sikap seindah pelangi
Ia buka pagi di pabrik permadani
Ia tutup malam di peraduan sepi
Benang-benang di sepuluh jemari gemulai
Milik perempuan berparas aduhai
Adalah penentu;
Apa warna citra yang akan dipilih
Apa pola upaya yang harus diraih
Dan berapa keping waktu akan tersisih
Perempuan itu mengerti
Bahwa hidup adalah permadani
Yang ditenun oleh keputusannya sendiri
Turki, 2023
GENGGAM YANG HILANG
Sebuah genggam tak lagi iringi langkah puisi
Sejak lepas di antara dua titik rindu
Di sepanjang bait-bait benua biru
Tak mungkin juga berbalik arah
Sebab puisi telah menempuh perjalanan jauh, bernama cinta
Yang menyajikan sejuta tabah
Pada setiap singgah
Dan di wajah puisi tak ada raut duka
Mungkin karena ia percaya;
Apapun yang hilang darinya, akan kembali
dalam wujud berbeda
Turki, 2023
EPHESUS
Puisi tapaki puing-puing kota Ephesus
Kota terbesar sejagat
Di tahun ratusan kabisat
Tempat musafir singgah
Sekedar melepas lelah
Sekaligus melabuhkan gairah
Puing-puing di Ephesus bercerita
Tentang keruntuhan dan keberlangsungan;
Runtuhnya Pustaka Celsus dan terjaganya buku-buku kehidupan
Runtuhnya Kuil Artemis dan abadinya pilar-pilar keimanan
Runtuhnya Panggung Teater dan berlanjutnya sandiwara cinta
Di kota kuno Ephesus yang telah pecah
Puisi dikepung debu sejarah
Namun, ia tetap tersenyum
Sebab ia tahu
Bahwa hanya pada cermin yang pecah
Tercipta pola cahaya paling indah
Turki, 2023
ISTANA KAPAS PAMUKKALE
Hamparan batu seputih kapas
Membentang majas
Dari puncak gunung-gunung tegar
Ke ceruk lereng-lereng sabar
Puisi bersijingkat
Seperti menginjak dingin salju
Yang terlihat selembut diksi
Namun terasa sehangat rima
Di Pamukkale yang meluapkan rindu
Puisi seolah terbenam dalam kawah
Berendam di hangat air mineral yang indah
Bersama ratusan manusia yang percaya
Bahwa selain tanpa air, mereka juga tak bisa hidup tanpa cinta
Turki, 2023
KEBUN MAWAR SANG PUJANGGA
Di luas halaman bertabur diksi
Terhampar kebun mawar paling puisi
Di tengah derap langkah aksara
Menuju rumah sang pujangga
Yang pondasinya terbuat dari cinta
Kebun mawar itu,
Selain mengundang kagum
Juga suguhkan dua ultimatum;
Mengeluh karena rimbun mawar penuh duri?
Atau
Berbahagia karena rimbun duri penuh mawar?
Dan di mata sang pujangga,
Mawar tak hanya sebagai penghias taman
Namun sekaligus lambang cintanya pada Tuhan
Sebab ia percaya;
DIA yang mekarkan mawar pada tangkai penuh duri
Tentu mampu merubah segala derita jadi berseri
Turki, 2023
DI RUMAH SANG PUJANGGA
Memasuki rumah beratap buku
Mereka siapkan ketuk paling pintu
Setelah kaki-kaki melepas sepatu
Sebelum puisi-puisi melepas rindu
Di dalam rumah sang pujangga,
Tak ada yang disuguhkan selain cinta
Bahkan dinding-dindingnya bercerita
Tentang mawar kemuliaan yang mekar dan bersemi
Hanya pada dada para pencinta
Yang telah berdamai dengan duri
Turki, 2023
GALERI PERMATA
Di galeri permata
Perhiasan-perhiasan menggoda
Terbuat dari geliat batu-batu langka
Yang disembunyikan keruh sungai
Jauh ke palung menuju pulang
Kini di galeri permata,
Kilaunya berpendar
Pantulkan cahaya lampu-lampu kota
Yang bertema metropolitan
Dan bergelimang kemewahan
Mencermati harga batu permata di galeri itu
Kata-kata sang pujangga menyergapku:
Mari kita buat permata dari hati yang membatu
Dan biarkan ia berlari membawa kita
Menuju Cinta
Turki, 2023
———
*Hening Wicara, lahir di Rantau Berangin, Riau. Berkiprah di dunia literasi sejak dini, melalui lomba bidang studi Bahasa Indonesia (mengarang) yang ia juarai pada tingkat kabupaten Kampar dan propinsi Riau, saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun demikian, alumni Teknik Elektro ini memilih bidang Telekomunikasi untuk ditekuni sebagai profesi hingga saat ini. Karya berupa buku kumpulan puisi tunggal telah dihasilkannya adalah, Tentang Kita, Embun, dan Cinta (penerbit Isac Book, Yogyakarta, 2014), Pelangi Langit Perth (penerbit Soega Publishing, 2020), Pukau Petuah (penerbit Salmah Publishing, 2022), Balon-Balon di Balkon (penerbit Halaman Yuan, 2024), Teka Teki Turki (penerbit Salmah Publishing, 2025) saat ini sedang proses cetak. Selain menulis, ia cukup aktif mengikuti agenda kepenyairan di tanah air dan manca negara, di antaranya: Festival Sastra International Gunung Bintan, Pulang ke Kampung Tradisi (Agenda PPI), dan Wisata Puisi (agenda PERRUAS). Ia juga mengirimkan puisi-puisinya ke media cetak maupun online. Beberapa puisinya telah terbit di harian Riau Pos, Singgalang, Radar Banyuwangi, Elipsis, dan beberapa media online di antaranya: Tiras Time, Lampung Insider, Perruas.com, Bual.com, dan Cakra Dunia.