Puisi-Puisi Fathurrozi Nuril Furqon
Ratapan Gajah Abrahah
gajah-gajah yang berderap
dari Yaman ke Mekkah
barangkali dulu mereka hendak teriak
dan lari
dan tak pernah kembali
namun tali kekang adalah belenggu
seperti boneka
mereka digerakkan oleh niat manusia
tak bisa berkata tidak
sebab sejak masih ari-ari
kehidupan ini bukan hidup mereka
barangkali sepanjang langkah
air mata mereka menetes gerimis
denyut nafas penuh gemetar
dari jauh telah nampak sketsa nisan
tapi mereka tiada berkeluh kesah
tiada pula berserapah
sebab sudah sejak masih ari-ari
kehidupan ini bukan hidup mereka
gajah-gajah yang berat hati berderap
sepanjang jalan mimpi mereka retak
asa terserak
tapi tiada kesah
tiada serapah
sebab sejak dahulu
hidup ini bukan hidup mereka
Sumenep, 23-05-2022
Tragedi Jamal
saat itu, tak ada lagi murka
kecuali murka samawi
melihat seekor unta dipaksa
menyembelih sisa angka usianya
saat itu, tak ada lagi duka
kecuali duka semesta
mendapati seekor unta
telah mayat dengan seluruh nikmat
dan yang tersisa hanyalah azab
saat itu, tak ada lagi kata-kata
karena cahaya telah kehilangan nyala
dan yang tersisa hanya detak
menunggu kiamat
Sumenep, 23-05-2022
Seakan Tuhan
ke padepokan
aku menonton dalang bermain wayang
seakan menjadi Tuhan
menggerakkan orang-orang
mengatur jalan kehidupan
air mata dan tawa dalam genggaman
beriring gendang yang jam
konflik-konflik bermunculan
entahlah apakah ada senyuman
di rona wajah sang dalang
tapi kutahu, ia sedang bersenang-senang
Sumenep, 23-05-2022
Di Perutmu Pernah Ada Cahaya
tidak ada yang pernah mengandung nabi
kacuali kau, paus yang berenang di lautan dalam
menyingkap silsilah gelombang
dahulu leluhurmu mendengar wahyu
dari debur ombak dan gemerisik terumbu
itulah sebabnya di bawah kapal ia berlabuh
menunggu amanah-Nya tuk melahap Yunus
sebelum kematian sempat menjelang
maka, ketika ia telah tercebur
dan tergulung gelombang nasib
serta merta mulutmu jadi pintu
lalu menelannya di perut
zawiyah surga tempatnya bisa berkhalwat
dan di perutmu itulah kemudian
orang-orang menaruh harap
agar sekedar merasakan nikmat
seperti nikmat Yunus
meresapi hening dinding dagingmu
yang bening cermin
di sanalah barangkali ia bercermin
melihat kelinglungan diri
lari dari air yang mengalir
Sumenep, 23-05-2022
Qitmir, Iriku Padamu
bolehkah aku iri padamu
qitmir, anjing bermata sayu
kesetiaanmu pada ashabul kahfi
telah mengundang sujud langit dan bumi
rasa iri padamu
telah menumbalkan segala iman
bahwa yang terlarang
masih bisa mengetuk pintu adnan
bolehkah aku iri padamu
qitmir, anjing berwajah sendu
tidurmu abadi
kekal dalam kenang dan hati
tulang-tulangmu kini jadi prasasti
memoar yang mereliefkan sejarah arabi
menambah majas iman dalam diri
hingga di malam yang menggelinjang kubermimpi
bertemu denganmu di dekat pohon khuldi
Sumenep, 23-05-2022
Cicak dan Sejarah Dendam
Memang kau ditakdirkan jadi tempat sampah, tempatku membuang serapah. Setiap melihatmu berjalan di dinding rumah, jiwaku menjadi gunung penuh magma. Ingin gunung itu kuletuskan hingga erupsi, hingga efflatanya berloncatan menakutimu.
Memang telah sejak lama aku menyimpan bara untukmu. Sebab tubuhmu merupakan hikayat perseteruan, dan pada nasabmu itu kau jadi reinkarnasi sejarah tentang angin permusuhan yang dulu kau tiup saat tragedi Namrud, saat kau mengundang tangan-tangan Azaril untuk meminum piala kehidupan ayah dari segala cahaya. Walaupun permainanmu usai sia-sia dan perjudian itu telah menjadikanmu papa, tapi matahari telah bersaksi dan arsy pun telah bersabda bahwa darahmu pahala. Maka biarkanlah kusulut api pada tubuhmu yang sumbu lilin, sebagaimana dulu kau menghantarkan angin pada kayu bakar Ibrahim.
Sumenep, 23-05-2022
Fathurrozi Nuril Furqon, lahir di Sumenep pada tanggal 01 Agustus 2002. Alumnus TMI Al-Amien Prenduan 2021, salah satu pembina SSA (Sanggar Sastra Al-Amien). Saat ini sedang melanjutkan pendidikan di IDIA (Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien), sembari mengabdikan diri di TMI Al-Amien Prenduan.