Indonesia Tak Akan Kandas

in loving memory of Kwik Kian Gie

Oleh Effendi Kadarisman

Seperti Indonesiaku, Indonesia kita,
hidupmu adalah denyut tanah air, jernihnya
mata air
Ketika detak kehidupan itu berhenti,
lalu kosong dan hampa di dada, yang kutulis
sajak air mata

Pak Kwik,
Engkau tak mengenalku
Aku tak mengenalmu
Tapi hari ini engkau selembar daun
yang jatuh
Dan aku di akar rumput, yang menyambut
Bersama sisa-sisa embun di mata pagi
Angin yang lirih
Aku teringat engkau bicara tentang
ekonomi, yang jernih
Tentang Indonesia dengan pintu-pintu
dan jendela terbuka
Laut dan langit pun tetap setia biru, padamu
Laut dan langit yang engkau cintai
Juga pulau-pulau dan penduduk yang sibuk,
selalu kau sapa
Dalam rumusmu, mereka bukan
sekadar angka-angka
Kau pandang wajah rakyat, mata rakyat
Kau baca kalimat-kalimat pada
lembar jiwa mereka

Pak Kwik,
Pada hari-hari terakhir di depan Takdir
Kau dengarkah ada yang meratap:
Indonesia gelap?
Kau hanya menunjuk kompas: Indonesia
tak akan kandas
Lalu pintu tertutup, dan merah putih
melambaikan tangan
Pak Kwik, selamat jalan

Malang, 29 Juli 2025

—–

*Effendi Kadarisman adalah guru besar linguistik dan pakar etnopuitika Universitas Islam Malang (UNISMA). Di luar bidang linguistik, ia adalah penyair pinggiran yang telah menerbitkan empat buku antologi puisi pribadi; antologi puisi terakhir Di Halaman Indonesia (2023). Puisi-puisinya masuk dalam berbagai buku antologi puisi bersama, dan terbit di sejumlah koran nasional. Ia juga menulis esai sastra, berupa kata pengantar, epilog, dan resensi buku puisi.