Puisi-Puisi Doddi Ahmad Fauji
SINGLAR
Koropak 01
Bismillah
ini singlar pematah lidah
dan ratapan orang linglung
sebelum ruh jauh menjelajah
merangsek berdesak di dukdek kota
Beri daku dan cukupi
nyali dan nyala ya maha pelita
dari wangsit musim semi
menyiangi limpa berlanjut ke lambung
yang gampang gembung
Pulihlah pulih
pesakit yang tersayat
Kun!
*
Koropak 02
Bismillah, moga
tak masai yang kadung kusut
tak marut yang telah carut
segera surut nestapa selaut
Beras petas sambal pedas
nyengat keléwat sukma kesambat
rujuklah rujuk anggota yang terserak
kokoh kukuh kuda-kuda yang terseok
kuat nan ulet oh sulur-sulur akar nalar
Teluh musnah santét minggat
yang takabur kelak terkubur
bersihkan daku dari berlimpah nista
ya sahaya ya wisésa
Kun!
*
Koropak 03
Berkali-kali kuunggah bismillah
bermanasik ke tajug-tajug resik
moga makin berkilow sukma kencana
gemilanglah pemukim sentiong
dirgahayu jua yang berlapang dada
Mengarang garam
setara menggubah asam
garam dan asam ditimbang jalur air
diasah sabar tanah diasuh gemuruh laut
dalam golak surya buana nan megah
kulatih tubuh letih
belajar sabar sampéy dasar
Iklas!
*
Koropak 04
Kembali mengaji diri
yang ganjil juga janggal
sadrah namun nirdarah
hingga kerap hinggap hampa merana
pasrah sumerah beta sampai fondasi
dari tiada toh semua yang mengada
Gambang gembung taméng raga
moga saban bala pada désérsi
katakan dan yakinkan daku
tak ada gading yang tak retak
beta harap terlindung dari tenung
teluh meléléh santét mengkerut
ya sahaya ya wisésa
Kun!
*
Koropak 05
Tiba-tiba pada hadir
yang hilang kembali terngiang
yang luput tampak mencuat
berlomba berkelana dalam pikiranku
berselancar di masygul perasaan
mereka menghukumku
mempersaksikan yang kelam
aku sendirian, cemas dan takut
Gumpalan awan menjelma foto
kedua orang tuaku
mengubah langit jadi mendung
dan turunlah hujan
Pun ampun!
*
Koropak 06
Saat sakit amat membelit
pernah kurasakan dan makin yakin
sebab sombong daku jadi sungsang
kaprahku linglung nalaraku lungleng
aku kalut, tak berkutik
Tuhanku *
dalam termangu
aku masih menyebut namamu
ku tak butuh hidup seribu waktu lagi
moga senantiasa
matahari adalah kawanku
waktu masih giliranku
Aamiin!
* Terinpirasi oleh larik Chairil Anwar dan Amir Hamzah
*Doddi Ahmad Fauji, mantan wartawan di Koran Media Indonesia, Jurnal Nasional, dan Majalah Pertahanan dan Keamanan ‘Tapal Batas’, dari tahun 1998 – 2013. Kini mengelola Sanggar Literasi SituSeni Mediatif, yang bergerak di bidang pelatihan menulis, ekspresi kesenian, dan pengembangan lterasi lingkungan lewat pengelolaan sampah organik untuk pakan maggot, dan maggotnya untuk pakan ternak ikan atau unggas. Bukunya yang telah terbit: Amor Memoar Traktat (2006), Neng Li (2015) Jangjawokan (2016), Menghidupkan Ruh Puisi, seluk beluk dan petunjuk menulis puisi (2018).