Ukiran Putri Duyung di Danau Sentani dan Kisah Migrasi dari Pasifik
Oleh Hari suroto
Danau Sentani merupakan danau air tawar terbesar di Papua. Suku Sentani bermukim di tepi danau dan pulau-pulau di Danau Sentani. Menurut salah satu mitos yang dipercaya oleh suku Sentani, disebutkan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Papua Nugini. Mitos yang lain menyebutkan sebagian mereka berasal dari wilayah matahari terbit atau sebelah timur. Hal ini terlihat dari suku Sentani yang menggambarkan motif maritim pada benda budaya pada rumah mereka. Motif ini yaitu bintang laut, ikan laut dan putri duyung.
Walaupun tinggal di danau air tawar, mereka tidak terlepas dari kehidupan maritim yang identik dengan budaya pantai. Ketika nenek moyang suku Sentani datang dari Pasifik dan tiba di danau, mereka beradaptasi dengan lingkungan baru.
Menurut Corry Ohee, pelukis kulit kayu Asei, nenek moyangnya berasal dari lautan teduh atau Samudera Pasifik. Mereka berlayar dari tempat matahari terbit atau sebelah timur. Sebelah timur posisi Danau Sentani adalah Lautan Pasifik.
Ukiran motif putri duyung pada tiang rumah adat Suku Sentani yang disebut rumah obhee Kampung Dondai, Danau Sentani bagian barat. Ukiran putri duyung itu berwarna hitam dan putih. Gambarannya berupa perempuan berambut panjang tergerai, sedangkan bagian bawah berupa ikan berekor. Putri duyung identik dengan mitos dalam budaya masyarakat pantai. Keberadaan motif putri duyung di rumah obhee membuktikan bahwa kehidupan masyarakat Danau Sentani tidak bisa dilepaskan dari laut.
Tokoh masyarakat Kampung Dondai, Daud Wally, mengatakan mitos yang dipercaya oleh masyarakat Sentani bagian barat adalah ada leluhur mereka yang berasal dari wilayah matahari terbit atau Pasifik. Ukiran putri duyung ini berfungsi sebagai pengingat bahwa leluhur sebagian masyarakat Sentani berasal dari Pasifik. Saat ini putri duyung telah menjadi lambang marga di Danau Sentani bagian barat.
Putri duyung dikenal dalam cerita rakyat digambarkan hidup di lautan. Secara ilmiah duyung disebut dugong dugon. Dugong bukanlah sejenis ikan, tetapi tergolong dalam hewan mamalia laut pemakan tumbuhan lamun. Padang lamun banyak ditemukan di teluk-teluk perairan Pasifik selatan.
Bukti yang turut menguatkan terkait Danau Sentani yang dulunya laut dan keberadaan orang Pasifik adalah adanya motif hewan laut lain yang juga sangat dipercaya masyarakat Sentani pernah ada di Danau Sentani di masa lalu. Proses geologi membuat air laut berubah menjadi danau air tawar.
Pada masa lalu, sebelum kehadiran manusia, Danau Sentani adalah laut yang menjadi habitat fauna laut termasuk ikan hiu gergaji. Proses geologi menjadikan Laut Sentani menjadi sebuah danau air tawar, ikan hiu gergaji kemudian beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ikan hiu gergaji terakhir ditangkap di Danau Sentani pada tahun 1970-an.
Ikan hiu gergaji menjadi sumber inspirasi seni oleh manusia prasejarah hingga seni Sentani masa kini. Pada masa prasejarah, motif ikan hiu gergaji digoreskan pada bongkahan batu Situs Megalitik Tutari. Motif ikan hiu digoreskan pada tiang rumah obhee, serta motif ikan hiu gergaji juga digambarkan dalam lukisan kulit kayu Asei.
Selain itu, penelitian di situs Yomokho, tepi Danau Sentani berhasil menemukan cangkang moluska laut di situs Yomokho, yang merupakan sisa makanan manusia prasejarah. Hal ini membuktikan bahwa manusia prasejarah yang menghuni Situs Yomokho telah melakukan kontak dengan masyarakat pesisir dalam beraktivitas.
*Penulis adalah Peneliti di Balai Arkeologi Papua