Toleransi dan pluralisme dalam kisah Gandawyuha

Mengembara, menemui satu guru ke guru lain untuk mencari kebenaran sejati merupakan hal lazim dalam semua agama dan tradisi-tradisi dunia kerohanian mana pun. Dalam dunia santri, sudah sangat umum seorang santri berkelana dari satu pesantren ke pesantren lain belajar ilmu yang berbeda-beda kepada para kyai. Demikian juga penziarahan-penziarahan Katolik atau agama lain.

Dalam agama Budha, proses pencarian ketuhanan ini tergambar melalui 460 buah Relief Gandawyuha yang dipahat pada dinding lorong dua, tiga, dan empat Borobudur. Gandawyuha merupakan kisah esoteris Agama Buddha Mahayana mengenai anak muda bernama Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari pengetahuan dan kebijaksanaan tertinggi.

Sudhana melakukan perjalanan religi keliling India untuk menemui guru-guru atau para sahabat spiritual. Kisah suci ini diperkirakan muncul pada awal abad 1 Masehi di India Selatan dan kemudian menyebar ke seluruh Asia.

Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) menganggap relief Gandawyuha di Borobudur sangat relevan dibicarakan di tengah kecenderungan fanatis dan intoleransi agama saat ini. BWCF merasa bahwa pencarian ketuhanan dalam kisah Gandawyuha ini sangat universal dan mencerminkan tingkat toleransi agama yang tinggi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, ajang BWCF 2017 akan diselenggarakan pada 23-25 November 2017 di Yogyakarta dan Magelang dengan mengusung tema “Gandawyuha dan Pencarian Religiusitas Agama-agama Nusantara”.

Ajang ini merupakan upaya mengangkat khazanah pengetahuan dan peradaban nusantara yang dihadiri pelbagai pihak, antara lain para budayawan, akademisi di dalam maupun luar negeri, peneliti, jurnalis, penulis, novelis, penyair, seniman, musisi, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat.

Setiap perhelatan BWCF selalu hadir tidak kurang 350 orang untuk saling bertukar pemikiran, bertukar karya buku, dan yang tidak kalah penting adalah memperkukuh persahabatan di antara sesama. Sejumlah acara akan digelar dalam BWCF 2017, di antaranya seminar, pentas kolaborasi tari-rupa-musik, pembacaan puisi, meditasi pagi, pemutaran film, pameran foto, dan pesta buku.

Perhelatan BWCF 2017 akan ditutup dengan penyerahan Sang Hyang Kamahayanikan Award kepada sosok yang selama ini mendedikasikan diri dalam penelitian Candi Borobudur, tempat Relief Gandawyuha terpatri 1.000 tahun lebih. Penghargaan ini merupakan apresiasi kepada mereka yang dengan setia melakukan penelitian Candi Borobudur demi pengetahuan peradaban nusantara.

Informasi selengkapnya mengenai acara BWCF 2017 bisa Anda dapatkan pada tautan ini.

 

Catatan redaksi: Beritagar.id merupakan mitra media acara Borobudur Writers & Cultural Festival 2017.

 

Oleh : Irsan Suwanto (beritagar.id)
Terbit Rabu, 15 November 2017 10:45 WIB